![]() |
DR. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep. Ns., M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA |
BANJARBARU, kalseltoday.com - Tanah yang subur adalah harapan, tetapi bagaimana jika harapan itu dikhianati? Pupuk, yang seharusnya menjadi nutrisi bagi pertumbuhan tanaman, kini menjadi senjata tersembunyi yang menghancurkan pertanian dari dalam. Fenomena pupuk palsu bukan sekadar penipuan ekonomi, melainkan sebuah sabotase terhadap ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Seperti permainan Among Us, ada pengkhianat di antara kita—bersembunyi di balik label produk yang tampak sah, mengelabui petani dengan janji pertumbuhan, tetapi justru meninggalkan ladang yang tandus.
Kasus yang terjadi di Situbondo hanyalah satu dari banyak kejadian serupa di seluruh negeri. Pupuk yang dipasarkan dengan kandungan nitrogen 16%, fosfat 16%, dan kalium oksida 16% ternyata, setelah diuji laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, hanya memiliki kandungan nitrogen 0,10%, fosfat 0,01%, dan kalium oksida 0,01%. Ini bukan sekadar kesalahan takaran, tetapi sebuah kejahatan yang terencana. Para petani yang telah membayar harga murah untuk pupuk ini mungkin awalnya merasa mendapatkan keuntungan, tetapi ketika tanaman mereka gagal tumbuh, mereka menyadari bahwa mereka telah menjadi korban pengkhianatan.
Seperti dalam permainan Among Us, Crewmates bekerja keras menyelesaikan tugas mereka, hanya untuk menyadari bahwa ada Impostor yang diam-diam menyabotase sistem. Para petani, yang berjuang untuk meningkatkan hasil panen mereka, pada akhirnya menemukan bahwa mereka telah ditipu oleh sesuatu yang tampak sah tetapi menghancurkan dari dalam. Tidak ada ledakan tiba-tiba, tidak ada tanda peringatan yang jelas, hanya hasil panen yang semakin menurun, tanah yang kehilangan kesuburannya, dan hutang yang semakin menumpuk.
Pupuk palsu bukan sekadar produk berkualitas rendah, tetapi bagian dari jaringan kriminal yang memanfaatkan ketidaktahuan dan keterbatasan akses petani terhadap informasi. Seperti dalam Plants vs. Zombies, di mana Kernel-Pult terkadang meluncurkan jagung biasa dan terkadang meluncurkan mentega yang dapat melumpuhkan zombie, pupuk palsu juga bekerja dengan cara yang sama—mungkin ada yang bekerja, tetapi sering kali yang dihasilkan adalah kehancuran. Para petani menggantungkan harapan mereka pada sesuatu yang tampak seperti penyelamat, tetapi yang mereka dapatkan adalah janji kosong.
Sama seperti dalam Among Us, di mana pemain harus mengamati dengan cermat setiap gerak-gerik untuk mengidentifikasi pengkhianat, para petani juga harus lebih jeli dalam memilih produk yang mereka gunakan. Namun, di dunia nyata, tidak semudah itu untuk menemukan siapa Impostor-nya. Label produk terlihat resmi, kemasan terlihat meyakinkan, bahkan ada klaim kandungan nutrisi yang tampak ilmiah. Namun, ketika diuji lebih dalam, semua itu hanyalah ilusi.
Ironisnya, keberadaan pupuk palsu semakin subur karena permainan ekonomi yang tidak berpihak pada petani kecil. Harga pupuk asli yang tinggi membuat banyak petani terpaksa mencari alternatif yang lebih murah. Seperti Crewmates yang harus mengambil keputusan dalam waktu terbatas sebelum permainan berakhir, petani juga harus memilih antara membeli pupuk yang mahal tetapi berkualitas atau mengambil risiko dengan pupuk murah yang tidak jelas asal-usulnya. Dalam kondisi ini, banyak yang memilih opsi kedua—sebuah keputusan yang pada akhirnya berujung pada kehancuran.
Masalah ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal pengawasan dan regulasi yang lemah. Mengapa pupuk palsu bisa beredar luas? Bagaimana mungkin produk yang telah terbukti tidak memenuhi standar masih bisa dijual di pasaran? Seperti dalam Among Us, ketika tidak ada cukup pengawasan, Impostor bisa terus beraksi tanpa terdeteksi. Jika pengawasan ketat tidak diterapkan, jika tidak ada langkah nyata untuk menindak tegas pelaku pemalsuan, maka siklus ini akan terus berulang. Petani akan terus tertipu, tanah akan terus dirusak, dan hasil panen akan terus menurun.
Pemerintah dan otoritas terkait memiliki peran besar dalam mengatasi masalah ini. Tidak cukup hanya dengan menindak satu atau dua kasus, tetapi harus ada sistem pengawasan yang berkelanjutan. Pengujian laboratorium terhadap pupuk yang beredar di pasaran harus menjadi prosedur standar, bukan hanya dilakukan setelah ada keluhan. Selain itu, harus ada edukasi yang lebih luas kepada petani tentang cara membedakan pupuk asli dan palsu. Transparansi dalam distribusi pupuk juga perlu ditingkatkan, sehingga petani tidak perlu lagi mencari alternatif yang berisiko.
Di sisi lain, teknologi juga bisa menjadi alat untuk mendeteksi pupuk palsu. Dengan sistem verifikasi berbasis QR code atau aplikasi berbasis data, petani dapat dengan mudah memeriksa keaslian produk sebelum membelinya. Namun, langkah ini hanya akan efektif jika ada kemauan dari pihak berwenang untuk benar-benar mengimplementasikannya secara luas.
Dalam Among Us, Impostor hanya bisa dikalahkan jika Crewmates bekerja sama dan saling percaya. Begitu juga dengan masalah pupuk palsu. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh masyarakat. Distributor harus lebih bertanggung jawab dalam menyeleksi produk yang mereka jual, akademisi harus lebih aktif dalam menyebarkan informasi yang benar, dan petani harus lebih berani untuk melaporkan dugaan pemalsuan. Hanya dengan kerja sama yang erat, kita bisa mengusir para Impostor yang menyabotase pertanian kita.
Sama seperti di Among Us, waktu terus berjalan. Jika kita tidak bertindak cepat, dampaknya akan semakin meluas. Tanah yang rusak butuh waktu bertahun-tahun untuk pulih, petani yang bangkrut butuh dukungan yang besar untuk bangkit kembali, dan ketahanan pangan yang terganggu akan menjadi ancaman bagi semua orang. Kita tidak bisa terus membiarkan hal ini terjadi.
Siapa yang bisa kita percayai? Apakah ada Impostor di antara kita? Pertanyaan ini tidak hanya berlaku dalam permainan, tetapi juga dalam kehidupan nyata. Ketika para petani membeli pupuk, ketika kita memilih bahan makanan di pasar, ketika kita mempercayai sistem yang ada—kita selalu menghadapi risiko dikhianati. Tetapi perbedaan antara permainan dan dunia nyata adalah, dalam kehidupan nyata, taruhannya jauh lebih besar.
Dalam dunia Plants vs. Zombies, Kernel-Pult terkadang melontarkan mentega yang bisa menyelamatkan keadaan, tetapi terkadang hanya jagung biasa yang tidak cukup untuk menghentikan musuh. Dalam dunia nyata, kita tidak bisa bergantung pada keberuntungan. Kita butuh sistem yang jelas, pengawasan yang ketat, dan kesadaran kolektif untuk melindungi pertanian kita dari sabotase. Jika kita terus membiarkan pupuk palsu beredar, jika kita terus membiarkan para Impostor beraksi tanpa perlawanan, maka kehancuran hanya tinggal menunggu waktu.
Sekarang, pilihan ada di tangan kita. Apakah kita akan terus diam, atau akan mulai mencari dan mengusir Impostor di antara kita? Dunia tidak akan hancur karena kejahatan, tetapi karena mereka yang melihat dan memilih untuk tidak bertindak.
Oleh: DR. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep. Ns., M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA (Reviewer Jurnal PRAJA Observer: Jurnal Penelitian Administrasi Publik)
Berita