Foto limbah dapur hanya ilustrasi (istimewa) |
BANJARBARU, kalseltoday.com – Meningkatnya tingkat konsumsi manusia tanpa kita sadari telah meningkatkan limbah dapur (limbah organik) dalam jumlah yang cukup tinggi. Kulit buah, amas kopi, sisa sayuran, hingga rempah-rempah yang tidak terkonsumsi seluruhnya seringkali berakhir di tempat sampah atau tempat pembuangan akhir. Dalam jangka pendek, hal ini tentunya menimbun sampah yang semakin lama semakin menumpuk. Bahkan dilaporkan bahwa limbah dapur rumah tangga dapat berjumlah jutaan ton setiap tahunnya. Hal ini juga berdampak buruk dalam jangka panjang, tercemarnya air dan tanah, timbulnya penyakit, hingga meningkatkan emisi karbon yang berdampak pada meningkatnya suhu bumi.
Di sisi lain, petani dan pekebun mengalami tantangan besar dalam menghadapi hama dan penyakit pada tanaman. Penggunaan pestisida menjadi solusi terbaik untuk menghadapi tantangan tersebut. Hanya saja pestisida dapat menimbulkan masalah baru seperti penurunan kesuburan tanah, resistensi hama terhadap pestisida, hingga penyakit mematikan pada manusia saat mengonsumsi buah atau sayuran yang mengandung residu pestisida.
Lalu, adakah cara untuk mengatasi kedua masalah tersebut sekaligus? Ya tentu ada, dengan memanfaatkan limbah dapur sebagai biopestisida alami. Inovasi ini tentunya tidak hanya mengurangi limbah rumah tangga, namun dapat membantu petani dan pekebun dalam menghemat biaya produksi dan menjaga ekosistem pertanian. Berikut adalah beberapa cara membuat biopestisida dari limbah dapur yang dapat kita lakukan di rumah.
1. Biopestisida dari limbah kulit bawang merah dan gula aren
Bahan:
- 1 liter air
- 300 gram kulit bawah merah
- 100 gram gula aren
Cara pembuatan:
1. Hancurkan kulit bawang dan gula aren hingga halus
2. Masukkan ke dalam wadah, tambahkan air, dan aduk rata
3. Simpan di tempat yang sejuk dan kering selama tiga bulan
4. Dalam dua mingg pertama, buka wadah setiap hari, kemudian cukup dibuka setiap dua hingga tiga hari sekali, dan akhirnya seminggu sekali.
5. Setelah tiga bulan, saring larutan menggunakan kain kasa atau filter untuk memisahkan ampas dan sedimen yang mengendap
6. Campurkan 30 mL larutan eco-enzyme dengan 1 L air lalu semprotkan pada tanaman
Larutan eco-enzyme dari kulit bawang ini dilaporkan dapat membunuh ulat grayak tentara (Spodoptera frugiperda) [1]
2. Biopestisida dari daun pepaya dan bawang putih
Bahan:
- 10 lembar daun pepaya
- 2 liter air bersih
- 3 siung bawang putih
Cara pembuatan:
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Bersihkan daun pepaya, lalu jemur hingga kering.
3. Potong kecil-kecil daun pepaya dan haluskan dengan blender untuk mengekstrak cairannya.
4. Saring hasil ekstraksi untuk memisahkan ampas dari cairan.
5. Campurkan ekstrak daun pepaya dengan 2 liter air dan 3 siung bawang putih yang telah dihaluskan.
6. Aduk rata dan masukkan ke dalam botol semprot.
7. Semprotkan langsung ke tanaman yang terserang hama.
Enzim papain yang terkandung dalam daun pepaya efektif dalam mengganggu sistem pencernaan hama, sedangkan senyawa aktif dalam bawang putih mampu menyebabkan kematian pada larva. Adapun hama yang dapat dikendalikan oleh keduanya ialah kutu daun, ulat daun, dan juga larva Spodoptera frugiperda. [2]
3. Biopestisida dari cabai busuk
Bahan:
- 100 gram cabai busuk
- 1 L air
- 10 gram detergen
Cara pembuatan:
1. Cabai direbus dengan air selama 15-20 menit, lalu disaring setelah dingin
2. Cairan rebusan cabai kemudian ditambahkan 10 g detergen lalu diaduk hingga rata
3. Cairan kemudian disemprot pada tanaman untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT)
Zat capsaisin dilaporkan ampuh menghalau kutu, tungau, ulat, sampai cacing perusak akar.
4. Biopestisida untuk mengusir hama
Cara penggunaan:
1. Keringkan ampas kopi terlebih dahulu
2. Taburkan langsung di sekitar tanaman sebagai pengusir hama tanah
3. Campurkan dengan air dan disemprotkan ke daun tanaman
Ampas kopi dilaporkan dapat berperan sebagai repelen dan racun serangga dengan mengganggu sistem saraf serangga. Selain itu aktivitas antimikroba dan antioksidan yang terkandung dalam ampas kopi dapat membantu tanaman dalam melawan infeksi jamur dan bakteri.
Dengan beberapa metode diatas, diharapkan kita tergerak untuk mengolah limbah dan menggunakan pestisida yang lebih ramah lingkungan. Jika setiap rumahh tangga menerapkan pengolahan limbah seperti cara diatas, bukan tidak mungkin kita akan melihat bumi yang setidaknya lebih baik, bersih, dan juga produk pertanian yang lebih sehat.
Dari dapur ke tanaman, dari sampah jadi manfaat, mari kita mulai perubahan dari rumah kita sendiri.
- Referensi
- S. Yanti, I. Ibrahim, and E. Kurniawan, “PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH SAYURAN DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR EM4,” 2022.
- C. Banon et al., “Socialization and Training on Making Vegetable Pesticides from Papaya Leaves (Carica papaya. L) and Garlic (Allium sativum) with the Community of Taba Air Pauh Village,” Aktual: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, vol. 2, no. 1, pp. 16–20, Jan. 2024, doi: 10.58723/aktual.v2i1.144.
- B. Ichwan, Zulkarnain, Adriani, Eliyanti, and Irianto, “Teknologi Pengolahan Limbah Sayur dan Buah menjadi Pupuk Organik Cair dan Biopestisida di Desa Kasang Kota Karang,” Jurnal Karya Abdi Masyarakat, vol. 7, no. 2, Dec. 2024.
- M. Nindatu, D. D. Moniharapon, S. Latuputty, and D. Jurusan Biologi, “Efektifitas Ekstrak Cabai Merah (Capsicum annum L) Terhadap Mortalitas Kutu Daun (Aphis gossypli) Pada Tanaman Cabai,” Agrologia, no. 1, 2016.
- “Pestisida Nabati dari Cabai Merah,” Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Bogor, May 30, 2021. Accessed: Feb. 04, 2025. [Online]. Available: https://pustaka.setjen.pertanian.go.id/index-berita/pestisida-nabati-dari-cabai-merah
- P. W. C. Green, A. P. Davis, A. A. Cossé, and F. E. Vega, “Can Coffee Chemical Compounds and Insecticidal Plants Be Harnessed for Control of Major Coffee Pests?,” Nov. 04, 2015, American Chemical Society. doi: 10.1021/acs.jafc.5b03914.
Artikel by :
Aulia Rhamdani Arfan, Dyah Ayu Pramoda Wardani, Achmad Ramadhanna'il Rasjava, Sunardi
Berita