Berita

Breaking News

RSUD Pambalah Batung dan LAFKI: Mengukir Standar Emas dalam Person-Centered Care


Seperti tetes embun yang jatuh lembut di atas daun di pagi hari, RSUD Pambalah Batung menyentuh kehidupan warganya dengan sentuhan penuh kasih, menghadirkan kesehatan yang tidak hanya merawat tubuh tetapi juga memeluk jiwa. Di Muara Tapus, Hulu Sungai Utara, rumah sakit ini berdiri kokoh dengan komitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh, berpadu dengan dedikasi yang tak lekang oleh waktu. Melalui setiap detak jantung yang diperiksa, setiap senyum yang dilemparkan, dan setiap sapaan hangat yang menyambut, RSUD Pambalah Batung membuktikan bahwa kesehatan adalah tentang menghargai kehidupan dalam segala dimensinya.

Sejarah Panjang RSUD Pambalah Batung: Dari Warisan Kolonial Menuju Pelayanan Berbasis Humanisme

Berdiri sejak tahun 1853, ketika masih bernama Hospital Borneo, RSUD Pambalah Batung telah menyaksikan berbagai fase sejarah. Dari masa kolonial hingga era kemerdekaan, ia bertahan sebagai tempat perawatan yang terus bertransformasi mengikuti zaman. Pada 1918, rumah sakit ini berganti nama menjadi RS. Oemoem Amoentai, dan pada 10 November 1983, akhirnya menjadi RSUD Pambalah Batung. Nama "Pambalah Batung" diambil dari nama seorang pahlawan lokal, Suriani, yang dijuluki "Pambalah Batung" karena keberaniannya—simbol kekuatan dan ketahanan yang menginspirasi semangat pelayanan di rumah sakit ini.

Transformasi menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) pada 1 Januari 2013 semakin memperkuat posisinya sebagai pusat pelayanan kesehatan yang adaptif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Di era modern ini, RSUD Pambalah Batung melangkah lebih jauh dengan menerapkan person-centered care (PCC), sebuah pendekatan yang mengedepankan kepedulian terhadap setiap individu sebagai manusia seutuhnya, bukan sekadar pasien dengan diagnosis klinis. Filosofi ini berakar pada pemikiran humanistik dalam psikologi, seperti yang dikemukakan oleh Carl Rogers, yang menekankan pentingnya menghargai keunikan dan pengalaman hidup setiap orang.

Person-Centered Care: Membangun Hubungan yang Berlandaskan Empati dan Kehormatan
Di RSUD Pambalah Batung, person-centered care bukan hanya jargon, tetapi jiwa dari setiap interaksi yang terjadi antara staf medis dan pasien. Melalui budaya 6S dan I—Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun, Sabar, dan Ikhlas—pendekatan PCC dijalankan dengan konsistensi. Ini adalah upaya yang melibatkan setiap staf untuk menghayati bahwa pelayanan yang mereka berikan bukan hanya untuk menyembuhkan, tetapi untuk menghormati martabat setiap pasien. Dalam PCC, pasien adalah partner dalam proses penyembuhan, di mana pendapat, keinginan, dan kenyamanannya dihargai dan dilibatkan dalam setiap keputusan perawatan.

Pendekatan ini sejalan dengan teori patient empowerment, yang menyatakan bahwa partisipasi aktif pasien dalam perawatan mereka sendiri dapat meningkatkan motivasi, kepuasan, dan bahkan hasil kesehatan. RSUD Pambalah Batung mengintegrasikan konsep ini dengan kepercayaan bahwa pelayanan kesehatan terbaik adalah yang melibatkan pasien secara langsung, mendengarkan mereka, dan menjadikan mereka sebagai bagian dari tim perawatan.


Akreditasi LAFKI: Langkah Nyata Menuju Standar Emas Pelayanan

Dalam upayanya untuk mencapai standar layanan kesehatan yang terbaik, RSUD Pambalah Batung menjalani survei akreditasi yang diselenggarakan oleh Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia (LAFKI). Pada 24 Oktober 2024, survei daring hari pertama dimulai, dengan dihadiri oleh jajaran Dewan Pengawas, termasuk Sekretaris Daerah Hulu Sungai Utara, Kepala Dinas Kesehatan, dan Inspektur Kabupaten, serta pimpinan rumah sakit. Acara ini diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars LAFKI, dan Mars RSUD Pambalah Batung, yang memperlihatkan tekad rumah sakit ini untuk mencapai standar akreditasi tertinggi.

Selama proses assessment daring, beberapa area mendapat perhatian khusus, termasuk Manajemen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (MRMIK) dan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP). Sementara itu, indikator Pendidikan Dalam Pelayanan Kesehatan (PPK) dikecualikan karena RSUD Pambalah Batung bukan rumah sakit pendidikan. Berbagai penyesuaian dan perbaikan dokumen segera dilakukan sebagai persiapan menghadapi survei hari kedua dan ketiga.

Pada tanggal 30 dan 31 Oktober, survei lanjutan dilaksanakan secara tatap muka, memberikan kesempatan bagi para surveior LAFKI untuk mengamati langsung penerapan standar pelayanan di lapangan. Tim akreditasi RSUD Pambalah Batung menyambut para surveior dengan kesiapan penuh. Mereka mempresentasikan bukti-bukti nyata dari pelaksanaan budaya 6S dan I, serta bagaimana konsep PCC diterapkan dalam perawatan sehari-hari. Proses ini tidak hanya berfungsi sebagai evaluasi, tetapi juga sebagai bentuk pembelajaran berharga bagi seluruh staf untuk lebih memahami kekuatan dan tantangan dalam menjalankan pelayanan berbasis humanisme.

Tantangan dalam Implementasi Person-Centered Care: Mencari Solusi di Tengah Keterbatasan
Menerapkan PCC di tengah keterbatasan sumber daya adalah tantangan yang dihadapi oleh RSUD Pambalah Batung, seperti banyak rumah sakit daerah lainnya. Staf yang terbatas harus mampu memberikan perhatian personal kepada setiap pasien, meski dengan waktu dan fasilitas yang terbatas. Namun, tantangan ini diatasi dengan pendekatan yang menekankan kualitas interaksi daripada kuantitasnya. Setiap momen yang dihabiskan dengan pasien dibuat bermakna, menciptakan rasa dihargai dan dihormati.

Pendekatan ini didukung oleh teori quality of interaction, yang menekankan bahwa interaksi berkualitas antara tenaga kesehatan dan pasien lebih memengaruhi kepuasan pasien daripada durasi waktu pertemuan itu sendiri. Dengan memaksimalkan interaksi yang singkat namun bermakna, RSUD Pambalah Batung dapat memberikan pengalaman positif yang mendukung proses pemulihan pasien.

Perbaikan Berkelanjutan: Membangun Standar Mutu yang Kokoh

Komitmen RSUD Pambalah Batung terhadap continuous quality improvement (CQI) tercermin dalam upaya mereka untuk selalu memperbaiki layanan berdasarkan hasil survei dan feedback dari pasien. Prinsip CQI ini berakar pada model PDCA (Plan-Do-Check-Act) yang dikembangkan oleh W. Edwards Deming, yang menekankan bahwa perbaikan mutu adalah proses yang berkelanjutan dan dinamis. Setiap masukan dari survei, termasuk area-area yang perlu diperbaiki, menjadi langkah awal untuk membangun rencana perbaikan, mengujinya, dan mengevaluasi hasilnya.

Melalui siklus perbaikan ini, RSUD Pambalah Batung tidak hanya berupaya memenuhi persyaratan akreditasi, tetapi juga untuk memastikan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan terus berkembang seiring waktu. Hal ini juga berfungsi sebagai dasar untuk menciptakan budaya kerja yang berfokus pada peningkatan mutu yang berkesinambungan, memastikan bahwa setiap pasien mendapatkan perawatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Akreditasi Bukan Hanya Sertifikat: Pengakuan terhadap Humanisme dalam Pelayanan Kesehatan

Akreditasi dari LAFKI bukan hanya tentang sertifikat pengakuan, tetapi sebuah komitmen yang menunjukkan bahwa RSUD Pambalah Batung telah berhasil memenuhi standar pelayanan yang berfokus pada kualitas dan kemanusiaan. Sejalan dengan Maslow’s Hierarchy of Needs, RSUD Pambalah Batung memahami bahwa kesehatan sejati melibatkan pemenuhan kebutuhan fisik, keamanan, dan rasa dihargai, hingga kebutuhan yang lebih tinggi seperti aktualisasi diri. Melalui akreditasi ini, rumah sakit ini menegaskan bahwa mereka berupaya memenuhi setiap kebutuhan tersebut, menghadirkan pelayanan yang memelihara keseimbangan fisik, emosional, dan spiritual pasien.

Hikmah dari Perjalanan Menuju Kesehatan yang Lebih Manusiawi

Di balik proses panjang dan upaya yang tak kenal lelah ini, RSUD Pambalah Batung memberikan kita pelajaran berharga bahwa pelayanan kesehatan bukan hanya tentang teknik dan prosedur medis. Ini adalah tentang menyentuh hati, memberikan kenyamanan, dan membangun kepercayaan. Seperti bintang yang bersinar di tengah gelap malam, RSUD Pambalah Batung menyinari setiap pasien yang datang dengan harapan dan ketenangan.

Di akhir perjalanan ini, RSUD Pambalah Batung bukan hanya meraih akreditasi, tetapi juga keberhasilan dalam menghadirkan layanan kesehatan yang menyeluruh, penuh empati, dan berlandaskan kemanusiaan. Melalui setiap senyum yang tulus, sapaan yang hangat, dan perhatian yang mendalam, mereka menunjukkan bahwa kesehatan bukan sekadar soal tubuh yang sembuh, tetapi tentang hati yang merasa dihargai dan jiwa yang menemukan kedamaian.
© Copyright 2022 - Kalsel Today