Sabtu, 5 Oktober 2024, menjadi hari penuh harapan dan inspirasi bagi para petani millenial dari Kalimantan Selatan yang menjalani studi tiru di Bali. Hari ini, mereka tidak hanya belajar, tetapi juga menyerap banyak pengetahuan berharga yang dapat mengubah cara pandang mereka tentang pertanian modern. Dengan matahari Bali yang hangat menyapa, para petani muda siap memulai perjalanan yang sarat ilmu dan penuh makna.
Hari dimulai dengan sarapan pagi di hotel. Meski sederhana, sarapan ini memberikan energi yang cukup bagi mereka untuk menghadapi jadwal yang padat. Namun, suasana pagi itu lebih dari sekadar santapan; ini adalah momen bagi para petani muda untuk merenungkan tujuan besar mereka di Bali. Bukan sekadar perjalanan wisata, tetapi sebuah perjalanan menuju transformasi pertanian di Kalimantan Selatan.
Pengenalan Petani Muda Keren dan Hortikultura Organik
Sesi pertama hari ini dimulai dengan pengenalan Petani Muda Keren (PMK), sebuah kelembagaan yang dibentuk dari gabungan beberapa pusat pelatihan pertanian pedesaan swadaya (P4S). PMK Gobleg menjadi tuan rumah hari itu, dengan suasana hangat dan penuh semangat yang menyelimuti. Para petani muda disambut dengan ramah oleh petani-petani lokal yang sudah berpengalaman. Tidak butuh waktu lama bagi para peserta untuk merasa terinspirasi oleh kisah-kisah sukses yang dibagikan oleh PMK Gobleg. Mereka diperkenalkan pada konsep hortikultura organik, sebuah praktik yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga berkelanjutan dalam jangka panjang.
Hortikultura organik sendiri merupakan salah satu bentuk pertanian yang mengedepankan penggunaan bahan alami, seperti pupuk kompos dan pestisida nabati, yang bertujuan untuk mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Para petani diajarkan bagaimana menggunakan teknik-teknik ini untuk menghasilkan produk yang sehat, bebas bahan kimia berbahaya, dan tetap menghasilkan keuntungan yang optimal. Teori ini berakar pada konsep agroekologi, yang menekankan pentingnya keseimbangan antara manusia dan alam dalam proses produksi pertanian.
Dalam sesi ini, para peserta belajar bagaimana menerapkan agroekologi melalui praktik hortikultura organik. Agroekologi menempatkan keseimbangan ekologis sebagai kunci keberlanjutan, di mana sistem pertanian harus dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana. Dengan demikian, pertanian organik tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses yang menghargai lingkungan dan keberlanjutannya.
Dari Teori ke Praktik: Pelatihan On-Farm Stroberi
Setelah sesi pengenalan, para petani muda langsung terjun ke lapangan untuk mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari. Di bawah bimbingan para petani lokal dari PMK Gobleg, mereka memulai pelatihan on-farm tentang budidaya stroberi. Stroberi, sebagai salah satu komoditas hortikultura unggulan di Bali, telah menjadi produk yang sangat diminati di pasar lokal maupun internasional. Para peserta belajar bagaimana menanam stroberi secara organik, mulai dari pemilihan bibit, persiapan lahan, hingga perawatan tanaman.
Salah satu aspek yang ditekankan dalam pelatihan ini adalah pentingnya memahami siklus hidup tanaman dan bagaimana interaksi antara tanaman dan lingkungan dapat mempengaruhi hasil panen. Konsep ini dikenal dengan istilah plant-soil feedback, yang merupakan interaksi timbal balik antara tanaman dan tanah. Tanaman dapat mengubah sifat-sifat tanah, seperti kandungan nutrisi dan mikroorganisme, yang kemudian akan memengaruhi pertumbuhan tanaman di masa depan. Dengan memahami feedback ini, para petani dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memaksimalkan hasil panen secara alami.
Pelatihan budidaya stroberi ini tidak hanya memberikan pengetahuan teknis, tetapi juga memupuk rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Para peserta menyadari bahwa keberhasilan pertanian organik sangat bergantung pada bagaimana mereka menjaga keseimbangan ekosistem pertanian mereka sendiri. Mengutip prinsip dari teori sustainable development atau pembangunan berkelanjutan, mereka diingatkan bahwa pertanian tidak hanya tentang mengejar keuntungan, tetapi juga memastikan keberlanjutan sumber daya alam bagi generasi mendatang.
Diskusi dan Refleksi: Mengubah Cara Pandang tentang Pertanian
Setelah seharian penuh belajar dan bekerja di lapangan, sesi sore diakhiri dengan diskusi dan tanya jawab yang interaktif. Di sini, para petani muda diberi kesempatan untuk berbagi pandangan dan pengalaman mereka. Banyak dari mereka yang merasa terinspirasi oleh sistem yang diterapkan di PMK Gobleg. Mereka melihat bagaimana PMK berhasil menggabungkan aspek tradisional dengan inovasi modern, menciptakan sebuah model pertanian yang bukan hanya produktif, tetapi juga lestari.
Dalam diskusi ini, beberapa peserta mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap tantangan yang dihadapi oleh petani di Kalimantan Selatan. Salah satu tantangan terbesar adalah regenerasi petani. Sebagai petani millenial, mereka merasa memiliki tanggung jawab besar untuk meneruskan warisan pertanian keluarga mereka. Namun, mereka juga menyadari bahwa untuk menarik minat generasi muda lainnya, pertanian harus lebih inovatif dan ramah teknologi. Di sinilah mereka menemukan bahwa konsep smart farming yang diperkenalkan oleh PMK Gobleg dapat menjadi solusi. Smart farming, atau pertanian cerdas, menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian. Ini meliputi penggunaan sensor, drone, dan aplikasi digital untuk memantau kondisi tanaman, irigasi, serta pemupukan.
Konsep smart farming ini kemudian diintegrasikan dengan prinsip-prinsip agroekologi yang telah mereka pelajari sebelumnya. Para peserta memahami bahwa teknologi dapat mendukung pertanian organik dan berkelanjutan, dengan cara memudahkan pengelolaan lahan dan tanaman secara efisien tanpa mengorbankan lingkungan. Diskusi ini tidak hanya memperluas wawasan mereka, tetapi juga menginspirasi untuk menerapkan teknologi di Kalimantan Selatan, dengan tetap menjaga kearifan lokal dan keberlanjutan alam.
Kesimpulan: Inspirasi dari Desa Gobleg
Hari kedua ini tidak hanya membawa para petani millenial pada pembelajaran teknis tentang hortikultura organik, tetapi juga membuka cakrawala mereka terhadap pentingnya inovasi dan teknologi dalam pertanian modern. Mereka belajar bahwa menjadi petani millenial tidak hanya berarti mengelola lahan, tetapi juga menjadi agen perubahan yang mampu membawa pertanian ke arah yang lebih baik. Dengan memadukan pengetahuan tradisional dengan teknologi modern, mereka dapat menciptakan pertanian yang produktif, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
Inspirasi dari Desa Gobleg ini membawa mereka pada kesadaran baru bahwa pertanian adalah bagian dari ekosistem yang lebih besar, di mana keseimbangan antara manusia dan alam harus dijaga. Dengan semangat baru, mereka kini siap untuk membawa perubahan di Kalimantan Selatan, menjadi petani millenial yang keren, inovatif, dan peduli lingkungan.
Pada akhirnya, perjalanan studi tiru ini bukan hanya soal menimba ilmu, tetapi juga soal membangun kesadaran bahwa pertanian adalah masa depan yang penuh harapan. Dengan ilmu hortikultura organik yang mereka dapatkan di Bali, mereka siap mengembangkan pertanian yang lebih baik di tanah kelahiran mereka, membawa perubahan yang nyata bagi masa depan pertanian Indonesia.
Oleh: DPKP Kaimantan Selatan
Berita