Berita

Breaking News

Hari Pertama yang Penuh Makna: Dari Perjalanan Macet hingga Kesejukan Desa Gobleg


Jumat, 4 Oktober 2024, menjadi hari yang penuh harapan bagi 16 petani millenial dari Provinsi Kalimantan Selatan. Mereka memulai perjalanan menuju Pulau Bali, dalam program studi tiru yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kalimantan Selatan. Kegiatan ini dirancang dengan visi besar: membentuk generasi baru petani yang tangguh, inovatif, dan siap menghadapi tantangan pertanian masa depan. Perjalanan ini bukan sekadar agenda kunjungan belajar, melainkan sebuah langkah awal dalam membangun regenerasi petani yang begitu dinanti-nantikan.

Setibanya di Bandara Ngurah Rai pada sore hari, suasana Bali yang selalu sibuk menyambut mereka. Namun, perjalanan menuju Desa Gobleg di Buleleng, tempat pelatihan pertama yang dijadwalkan, tidak semulus yang diharapkan. Bali, meski eksotis, juga terkenal dengan kemacetannya, terutama di musim liburan. Setelah tiba, mereka dihadapkan dengan lalu lintas yang padat, mobil-mobil mengantri, dan suara klakson yang bersahut-sahutan. Semua itu menjadi bagian dari dinamika perjalanan yang harus dihadapi, sembari berharap segera mencapai tujuan.

Di dalam bus, suasana cukup ceria meski kelelahan mulai terasa. Peserta saling bertukar cerita, beberapa di antaranya berbicara tentang ekspektasi mereka terhadap pelatihan yang akan mereka ikuti. "Ini bukan hanya tentang ilmu pertanian, tapi juga tentang pengalaman hidup," ujar seorang peserta dengan semangat. Semua peserta sadar bahwa perjalanan ini akan membawa banyak pelajaran, bukan hanya dari sisi teknis pertanian, tetapi juga dari interaksi sosial dan budaya yang akan mereka temui selama di Bali.

Menjelang malam, setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu lebih lama dari perkiraan, rombongan akhirnya tiba di Desa Gobleg. Desa ini dikenal sebagai pusat pelatihan pertanian pedesaan swadaya yang berfokus pada hortikultura organik. Saat mereka turun dari bus, udara sejuk langsung menyelimuti tubuh, memberi perbedaan yang kontras dengan udara tropis di dataran rendah. Desa Gobleg, yang terletak di ketinggian pegunungan, menawarkan suasana yang tenang dan damai. Angin malam yang sejuk berhembus lembut, memberikan kesejukan yang menenangkan setelah perjalanan panjang yang melelahkan.

Suasana desa yang sunyi dan dingin seakan mengajak rombongan petani muda untuk sejenak merenung, meresapi betapa pentingnya momen ini. Bagi sebagian besar dari mereka, ini mungkin adalah pertama kalinya mereka berada di sebuah desa pegunungan dengan kondisi alam yang begitu berbeda. Desa Gobleg yang terhampar di kaki pegunungan Bedugul adalah sebuah permata tersembunyi yang tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga potensi besar dalam pengembangan pertanian organik.

Malam itu, rombongan langsung disambut dengan hidangan makan malam yang hangat di penginapan. Sambil menikmati makanan tradisional Bali, mereka duduk bersama dalam suasana yang penuh kehangatan. Bagi beberapa peserta, udara dingin Gobleg adalah pengalaman baru yang cukup mengejutkan, terutama mereka yang terbiasa dengan suhu hangat di Kalimantan Selatan. "Saya tidak menyangka Bali bisa sedingin ini," canda salah satu peserta sambil merapatkan jaketnya. Suasana yang tercipta begitu hangat, tidak hanya karena makanan yang dihidangkan, tetapi juga karena kebersamaan yang mulai terjalin di antara peserta.

Desa Gobleg sendiri adalah contoh nyata bagaimana sebuah desa kecil bisa tumbuh menjadi pusat pelatihan pertanian yang signifikan. Melalui lembaga swadaya masyarakat, para petani di desa ini berhasil mengembangkan hortikultura organik, khususnya stroberi, sayuran, dan tanaman lainnya yang kini menjadi salah satu daya tarik utama bagi para petani yang ingin belajar. Mereka membentuk sebuah kelembagaan bernama "Petani Muda Keren" (PMK), yang menjadi salah satu contoh sukses regenerasi petani di Bali. PMK ini telah berhasil membangun kesadaran bahwa pertanian tidak hanya soal bekerja di ladang, tetapi juga soal inovasi dan manajemen modern.

Peserta petani millenial dari Kalimantan Selatan tampak antusias dengan apa yang akan mereka pelajari selama berada di Gobleg. Meski baru tiba dan kelelahan, mereka tetap semangat untuk mengikuti rangkaian kegiatan pelatihan yang telah disusun. Hari pertama ini memang belum berisi banyak materi, namun suasana dan pengalaman yang mereka rasakan sudah memberikan kesan mendalam. "Udara dingin ini seperti memberi energi baru bagi kami," ujar seorang peserta sambil menikmati teh hangat yang disajikan.

Perjalanan panjang dan udara pegunungan yang sejuk seolah mengajak mereka untuk merenung tentang tujuan dan harapan mereka sebagai petani millenial. Mereka tidak hanya ingin menjadi petani biasa, tetapi petani yang mampu menggerakkan perubahan. Desa Gobleg menjadi awal dari semua itu, tempat di mana mereka akan mendapatkan ilmu tentang bagaimana mengelola pertanian organik, dari mulai penanaman hingga hilirisasi produk.

Malam semakin larut, dan di tengah sunyi dinginnya Gobleg, sebagian peserta memilih untuk beristirahat lebih awal, menyiapkan diri untuk pelatihan esok hari. Namun, ada juga yang masih duduk di beranda penginapan, menikmati keheningan malam sambil berbicara tentang masa depan pertanian di daerah mereka. Mereka sadar, tugas besar menanti mereka di Kalimantan Selatan. Dengan jumlah petani yang terus berkurang dan minat generasi muda terhadap pertanian yang semakin menipis, regenerasi petani adalah sesuatu yang harus diperjuangkan. Pelatihan di Bali ini diharapkan dapat menjadi inspirasi besar bagi mereka untuk membawa perubahan.

Udara dingin malam itu mengingatkan mereka pada tantangan yang harus dihadapi, baik di dunia pertanian maupun dalam kehidupan sehari-hari. "Dingin ini bukan penghalang, tapi justru penyemangat," ujar salah satu peserta sambil tersenyum. Dengan semangat yang tinggi, mereka yakin bahwa perjalanan ini akan memberi mereka banyak pelajaran berharga yang bisa mereka bawa pulang.

Hari pertama ini menjadi pembuka dari perjalanan panjang yang penuh makna. Bukan hanya soal pertanian, tetapi juga soal bagaimana mereka sebagai petani muda bisa menjadi agen perubahan di daerah masing-masing. Udara dingin Desa Gobleg seakan menjadi metafora bagi tantangan yang akan mereka hadapi di masa depan, namun juga menjadi simbol kesejukan dan ketenangan yang akan selalu menyertai perjalanan mereka menuju masa depan pertanian yang lebih baik.

Esok hari, mereka akan mulai belajar lebih dalam tentang hortikultura organik, bertemu dengan petani lokal yang telah sukses mengembangkan pertanian di Gobleg, dan tentu saja, mendapatkan ilmu yang tak ternilai. Namun untuk malam ini, mereka hanya ingin menikmati momen kebersamaan dan udara sejuk Desa Gobleg yang penuh kedamaian. Hari pertama yang penuh makna ini akan selalu diingat sebagai awal dari perjalanan inspiratif mereka di Pulau Dewata.

Oleh: DPKP Kalimantan Selatan
© Copyright 2022 - Kalsel Today