Berita

Breaking News

Mengejar Waktu: Kisah DNA, Kehidupan, dan Cinta di Antara Laju Penuaan


Oleh.  DR. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep. Ns., M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA (Reviewer Jurnal PRAJA Observer: Jurnal Penelitian Administrasi Publik)

Pendahuluan

Waktu memang tidak pernah berhenti. Seperti hujan yang turun tiba-tiba saat kita lupa membawa payung, atau hati yang terjatuh pada seseorang yang tak disangka-sangka—waktu membawa kita ke penuaan tanpa kita sadari. Tapi, tahukah kamu bahwa waktu tidak selalu berjalan sama untuk semua orang? Ternyata, sekelompok ilmuwan yang cerdas menemukan bahwa cara kita hidup, di mana kita tinggal, dan siapa kita, bisa mempercepat atau memperlambat laju penuaan kita. Bayangkan saja, ada yang umur biologisnya lebih tua dari umur sebenarnya, seperti orang yang cepat tua karena menunggu balasan chat yang tak kunjung datang!

Ilmuwan ini tidak sedang membicarakan cinta yang terabaikan, tentu saja. Mereka berbicara tentang DNA methylation, sebuah fenomena ilmiah yang cukup keren. Dan di sinilah DunedinPACE hadir—bukan sebagai judul drama Korea terbaru, tapi sebagai alat yang mengukur seberapa cepat kita 'menua'. Penuaan ini tak hanya soal keriput atau uban, tetapi bagaimana tubuh kita perlahan-lahan merasakan dampak dari semua pengalaman hidup kita, dari kebiasaan makan, hingga berat badan, dan bahkan lingkungan tempat tinggal kita (Horvath, 2018).

Bab 1: Status Sosial Ekonomi, Cinta, dan Harapan

Cinta mungkin sering dianggap sebagai sesuatu yang universal, tapi kenyataan pahitnya, lingkungan sosial ekonomi tempat kita tumbuh dapat membentuk cara kita mencintai—dan juga mempengaruhi kesehatan kita. Penelitian ini menemukan bahwa orang-orang yang tinggal di lingkungan dengan status sosial ekonomi rendah cenderung memiliki laju penuaan biologis yang lebih cepat (Maunakea et al., 2024). Bayangkan saja, seperti cerita lama tentang cinta terlarang antara dua insan dari kasta yang berbeda, tubuh kita pun merasakan ketidakadilan lingkungan kita.

Namun, tidak semua sesuram itu. Ternyata, hal-hal kecil seperti pendidikan, gaya hidup, dan seberapa sering kita bergerak, juga bisa menjadi “pangeran tampan” yang datang menyelamatkan kita dari laju penuaan yang terlalu cepat. Pendidikan yang lebih tinggi, misalnya, seperti memiliki kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang diri kita sendiri—bukan hanya dari buku, tapi juga dari kehidupan sehari-hari. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi cenderung punya laju penuaan yang lebih lambat, seperti karakter dalam novel romantis yang menemukan pelajaran hidup saat menjelajahi dunia bersama pasangannya (Maunakea et al., 2024).

Bab 2: Berat Badan dan Diet: “Kamu adalah Apa yang Kamu Makan”

Ah, cinta memang manis, tapi kalau terlalu manis, hati-hati, berat badan bisa naik, dan ternyata ini berdampak pada usia biologis juga. Penelitian ini menemukan bahwa orang dengan indeks massa tubuh (BMI) lebih tinggi cenderung memiliki laju penuaan yang lebih cepat. Ya, bisa dibilang, semakin banyak kita menimbun cinta—atau makanan, semakin cepat kita 'menua' di dalam (Maunakea et al., 2024).

Tapi tunggu dulu, kabar baiknya adalah, diet yang sehat bisa membantu memperlambat laju penuaan. Seperti halnya kita menyeimbangkan antara hubungan personal dan pekerjaan, tubuh juga membutuhkan keseimbangan dalam makanan yang kita konsumsi. Makanan yang kaya nutrisi bisa menjadi "suntikan cinta" bagi tubuh kita, menjaga jantung tetap sehat, dan usia biologis lebih lambat. Jadi, kalau kamu merasa cinta tak berpihak padamu, setidaknya salad yang kamu makan mungkin bisa menyelamatkanmu dari penuaan dini!

Bab 3: Olahraga dan Aktivitas Fisik: “Bergeraklah Seperti Kamu Jatuh Cinta”

Bagi yang sering berolahraga, kamu mungkin merasa seperti sedang mengejar impian atau cinta sejati. Tapi ternyata, olahraga bukan hanya soal tampil menawan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa orang yang lebih aktif secara fisik memiliki laju penuaan yang lebih lambat (Maunakea et al., 2024). Seperti kisah romantis yang penuh gairah, tubuh kita membutuhkan gerakan untuk menjaga semuanya tetap berjalan lancar.

Bagi penduduk asli Hawaii dalam penelitian ini, aktivitas fisik tidak hanya membantu mereka tetap bugar, tetapi juga memperlambat laju penuaan mereka. Sama seperti seseorang yang rela mengejar cinta lintas benua, olahraga secara rutin juga bisa menjadi cara kita mengejar kesehatan yang lebih baik, seolah-olah sedang berada dalam hubungan jarak jauh yang penuh komitmen.

Kesimpulan: Cinta, Kehidupan, dan Laju Penuaan

Pada akhirnya, kehidupan kita adalah perpaduan dari banyak faktor—lingkungan, pilihan gaya hidup, dan bahkan mungkin sedikit keberuntungan. Seperti hubungan cinta yang membutuhkan usaha, begitu pula tubuh kita. Dengan memahami bahwa status sosial ekonomi, diet, aktivitas fisik, dan pendidikan semuanya saling terkait, kita bisa lebih baik dalam merawat diri, mencintai diri sendiri, dan memperlambat laju penuaan biologis kita.

Jadi, meskipun kita tak bisa menghentikan waktu, kita bisa memilih bagaimana cara kita berjalan di dalamnya. Entah itu dengan berlari atau melangkah pelan, yang pasti, perjalanan ini akan lebih indah jika kita melakukannya dengan penuh cinta—baik untuk diri sendiri, orang lain, atau bahkan DNA kita.
© Copyright 2022 - Kalsel Today