Perjalanan delegasi LAFKI (Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia) ke Turkiye bukan hanya sebuah rangkaian perjalanan fisik, tetapi juga sebuah eksplorasi mendalam terhadap warisan sejarah, budaya, dan kebijaksanaan yang mengakar di tanah Anatolia ini. Dimulai dari Konferensi ISQua ke-40 di Istanbul, di mana LAFKI berkomitmen penuh untuk meningkatkan standar layanan kesehatan Indonesia hingga mencapai akreditasi internasional, perjalanan ini kemudian membawa delegasi ke berbagai sudut indah Turkiye, termasuk Cappadocia dan Bursa, kota bersejarah yang pernah menjadi pusat kejayaan Kekaisaran Ottoman.
Pagi ini, 30 September, delegasi LAFKI meninggalkan Cappadocia, menuju Bursa, tempat di mana sejarah Ottoman bermula dan di mana LAFKI mencari inspirasi baru untuk terus maju. Dari udara Cappadocia yang megah, hingga jalan-jalan sempit Bursa yang penuh sejarah, perjalanan ini penuh dengan makna yang mendalam.
Hari Pertama: Istanbul dan Konferensi ISQua
Semuanya dimulai di Istanbul, kota yang dulunya dikenal sebagai Konstantinopel, sebuah kota yang berdiri sebagai simbol kekuasaan dan kemajuan Kekaisaran Ottoman. Di tengah riuhnya Konferensi ISQua, LAFKI hadir dengan semangat baru. Ketua Umum LAFKI, dr. Friedrich Max Rumintjap, berdiskusi dengan Dr. Carsten Engel, CEO ISQua, tentang peluang Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi ISQua 2028 di Bali. Diskusi ini menggambarkan visi besar LAFKI untuk menjadikan Indonesia pusat kesehatan dunia, dan mengangkat Bali sebagai tuan rumah ajang internasional.
“Why Bali?” adalah pertanyaan yang diangkat, namun segera menjadi titik tolak pembicaraan yang penuh keyakinan. Bali, dengan segala keindahan alam dan fasilitas berstandar internasional, dipandang sebagai tempat ideal untuk menyelenggarakan konferensi global. Sambutan positif dari Dr. Engel dan peserta konferensi lainnya memperkuat semangat LAFKI untuk terus berjuang mengangkat standar akreditasi layanan kesehatan Indonesia.
Cappadocia: Refleksi dari Udara
Setelah hari-hari yang padat di Istanbul, rombongan LAFKI melanjutkan perjalanan ke Cappadocia, wilayah yang terkenal dengan balon udara dan formasi batuan yang menakjubkan. Pagi hari, tanggal 29 September, menjadi momen yang tak terlupakan. Tepat pukul 5.30 pagi, delegasi LAFKI berkumpul di lobby Ramada by Wyndham Cappadocia, siap untuk menikmati pengalaman naik balon udara.
Balon-balon udara perlahan naik, mengangkat delegasi LAFKI setinggi 1000 kaki di atas tanah Cappadocia. Dari ketinggian itu, mereka menyaksikan pemandangan spektakuler—gunung, lembah, dan rumah-rumah gua yang unik. Udara segar pagi hari Turkiye membawa kesadaran mendalam bahwa apa yang sedang mereka lakukan, bukan sekadar mengikuti konferensi, tetapi juga melambangkan perjalanan LAFKI untuk membawa kesehatan Indonesia ke ketinggian yang lebih tinggi.
Selepas pengalaman luar biasa tersebut, delegasi kembali ke hotel pada pukul 8.12 untuk sarapan bersama. Suasana hangat dan kebersamaan semakin terasa, mempererat hubungan antara pengurus pusat, dewan pengawas, dan surveior LAFKI. Cappadocia, dengan keindahan alamnya yang memukau, seakan menjadi tempat refleksi bagi setiap anggota delegasi untuk merenungkan visi mereka ke depan.
Bursa: Kota Bersejarah yang Membentuk Kekaisaran Ottoman
Setelah menghabiskan waktu yang penuh makna di Cappadocia, delegasi LAFKI melanjutkan perjalanan menuju Bursa, sebuah kota bersejarah di Turkiye yang menjadi salah satu ibu kota pertama Kekaisaran Ottoman. Bursa dikenal sebagai tempat bersemayamnya Osman I, pendiri Kekaisaran Ottoman, dan sebagai kota yang menjadi saksi kebangkitan Ottoman menjadi kekuatan global yang disegani.
Bursa tidak hanya menawarkan sejarah, tetapi juga pelajaran penting bagi LAFKI tentang bagaimana kekuatan besar bisa lahir dari visi yang jelas dan komitmen untuk terus maju. Para sultan Ottoman yang memimpin dari Bursa, seperti Orhan Gazi, menunjukkan bahwa kemajuan hanya bisa dicapai dengan kerja keras dan strategi jangka panjang. Hal ini relevan bagi LAFKI, yang sedang menempuh jalan panjang untuk mencapai standar akreditasi internasional dari ISQua.
Sepanjang perjalanan dari Cappadocia ke Bursa, suasana pagi yang cerah dan pemandangan indah memberikan ruang bagi para delegasi untuk berdiskusi tentang bagaimana LAFKI bisa meniru langkah-langkah Ottoman dalam memperluas pengaruh dan meningkatkan kualitas. Seperti Bursa yang menjadi pusat inovasi dan pembangunan pada masanya, LAFKI juga bertekad untuk menjadi pionir dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan di Indonesia.
Pelajaran dari Cappadocia dan Bursa: Menghadapi Tantangan dengan Kebijaksanaan
Cappadocia, dengan pemandangannya yang dramatis, mengajarkan delegasi LAFKI bahwa dalam perjalanan untuk mencapai puncak, selalu ada tantangan yang harus dihadapi. Formasi batuan yang unik di Cappadocia tidak terbentuk dalam satu malam, melainkan melalui proses panjang yang dipengaruhi oleh angin, hujan, dan waktu. Hal ini sama dengan perjalanan LAFKI dalam mencapai akreditasi internasional—proses yang membutuhkan kesabaran, kerja keras, dan komitmen yang kuat.
Sedangkan Bursa, dengan sejarahnya sebagai tempat lahirnya Kekaisaran Ottoman, mengingatkan delegasi bahwa setiap kekuatan besar dimulai dari visi yang jelas dan tindakan yang berani. Seperti Osman I yang memulai Kekaisaran Ottoman dari sebuah wilayah kecil di Anatolia, LAFKI juga memulai perjalanan besarnya dari sebuah visi untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan di Indonesia.
Mencari Hikmah dari Rumi
Perjalanan delegasi LAFKI ke Turkiye, dari Istanbul hingga Cappadocia dan Bursa, adalah sebuah metafora tentang pencarian keseimbangan dan kebijaksanaan. Seperti yang pernah dikatakan oleh Jalaluddin Rumi, seorang sufi besar dari Turkiye, “Kamu dilahirkan dengan sayap, mengapa lebih memilih merangkak melalui kehidupan?” Rumi mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk mencapai hal-hal besar, selama mereka berani untuk terbang dan melampaui batasan yang ada.
Begitu pula dengan LAFKI. Perjalanan mereka ke Turkiye adalah bukti bahwa mereka sedang mengepakkan sayapnya untuk terbang lebih tinggi, mengejar standar yang lebih baik dalam layanan kesehatan. Setiap langkah di perjalanan ini, baik di konferensi internasional di Istanbul, balon udara di Cappadocia, maupun jalan-jalan bersejarah di Bursa, adalah bagian dari upaya untuk membawa Indonesia menuju puncak kejayaan di sektor kesehatan.
Seperti Rumi yang selalu mengajarkan tentang pentingnya introspeksi dan pengembangan diri, LAFKI juga terus berusaha untuk berkembang dan meningkatkan diri. Tidak hanya bagi diri mereka sendiri, tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia yang akan merasakan manfaat dari sistem kesehatan yang lebih baik. Dan seperti perjalanan yang tak pernah berakhir, LAFKI akan terus melangkah maju, membawa Indonesia ke masa depan yang lebih sehat dan lebih baik.
Salam dari Bursa, dengan penuh semangat dan kebijaksanaan.
Oleh. PP LAFKI
Berita