Berita

Breaking News

Apersepsi Diorama: Mengungkap Kedalaman Psikologis dengan Miniatur Berdaya Magis


Oleh.  DR. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep. Ns., M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA (Reviewer Jurnal PRAJA Observer: Jurnal Penelitian Administrasi Publik)

Pendahuluan

Dalam dunia psikologi yang penuh dengan metode dan teori, jarang sekali kita menemukan pendekatan yang memadukan seni dengan sains secara begitu harmonis. Apersepsi Diorama, karya terbaru dari Listyo Yuwanto, adalah sebuah buku yang tidak hanya memperluas wawasan tentang penggunaan diorama dalam praktik psikologi tetapi juga mengajak pembaca untuk menelusuri kedalaman emosi dan pemikiran manusia melalui interaksi dengan miniatur berdaya magis. Dengan pendekatan inovatif ini, Yuwanto membawa kita ke dalam sebuah perjalanan di mana setiap elemen diorama menjadi pintu gerbang menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi psikologis seseorang.

Diorama sebagai Alat Psikologis: Seni Bertemu dengan Sains

Diorama, sebagai bentuk seni miniatur, telah lama digunakan dalam berbagai konteks, dari edukasi hingga pameran museum. Namun, Yuwanto dengan cerdas mengubah fungsi diorama menjadi lebih dari sekadar alat visual. Dalam Apersepsi Diorama, diorama dijadikan sebagai medium untuk memfasilitasi proses enactive mind—sebuah konsep dari teori enactive yang diperkenalkan oleh Varela, Thompson, dan Rosch (1991). Konsep ini menggambarkan bagaimana individu secara aktif membentuk makna melalui interaksi langsung dengan lingkungan mereka.

Yuwanto menjelaskan bahwa diorama, dengan segala kompleksitas dan detailnya, dapat menjadi alat yang efektif untuk memicu respons emosional dan kognitif. Ketika seseorang berinteraksi dengan diorama, mereka tidak hanya melihat, tetapi juga merasakan dan memaknai situasi yang disajikan. Inilah yang menjadikan diorama sebagai alat psikologis yang sangat kuat. Melalui diorama, seorang individu dapat secara aktif terlibat dalam proses pemaknaan, menciptakan hubungan yang mendalam antara pengalaman visual dengan pengalaman emosional mereka.

Pendekatan Emotional Driven Media System (EDMS): Membangkitkan Emosi dan Pemaknaan

Salah satu inovasi utama yang ditawarkan oleh Yuwanto dalam buku ini adalah pendekatan Emotional Driven Media System (EDMS). Pendekatan ini didasarkan pada teori psikologi media yang menekankan bahwa media memiliki kekuatan untuk memengaruhi dan membentuk emosi serta kognisi individu (Lang, 2000). Dalam konteks diorama, EDMS berfungsi untuk membangkitkan respons emosional yang intens, memungkinkan individu untuk lebih terlibat dalam proses pemaknaan yang mendalam.

Melalui contoh-contoh konkret, Yuwanto menunjukkan bagaimana EDMS dapat diterapkan dalam praktik psikologi. Misalnya, diorama yang menampilkan situasi bencana alam dapat digunakan untuk mengeksplorasi respons emosional individu terhadap trauma. Dengan mengarahkan perhatian pada elemen-elemen tertentu dalam diorama, psikolog dapat membantu klien untuk mengungkap emosi tersembunyi yang mungkin sulit diakses melalui metode lain. Inilah salah satu aspek yang membuat buku ini sangat menarik: pendekatan yang inovatif dan aplikatif, didukung oleh teori yang kuat dan pengalaman klinis yang mendalam.

Kritik yang Membangun: Batasan dan Pengembangan Apperception

Namun, Yuwanto tidak berhenti di situ. Dia dengan cerdas mengakui bahwa diorama dan pendekatan EDMS meskipun efektif, memiliki batasan dalam memfasilitasi apperception. Apperception, sebuah konsep yang diperkenalkan oleh Wilhelm Wundt (1897), merujuk pada proses di mana individu tidak hanya memaknai sesuatu berdasarkan pengalaman langsung, tetapi juga dengan merujuk pada pengalaman masa lalu mereka. Ini adalah proses yang lebih kompleks dan mendalam, yang melibatkan refleksi dan integrasi informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada.

Dalam buku ini, Yuwanto menunjukkan bahwa keterlibatan emosional spontan dengan diorama tidak selalu cukup untuk memicu proses apperception yang mendalam. Dia mengusulkan bahwa untuk mencapai apperception, pendekatan narrative logic harus dilibatkan. Dengan narrative logic, individu didorong untuk menceritakan kembali peristiwa yang mereka alami, merujuk pada pengalaman masa lalu mereka, dan mengaitkannya dengan situasi saat ini. Ini adalah cara yang lebih sistematis dan terstruktur untuk mengeksplorasi kondisi psikologis individu, memungkinkan psikolog untuk mendapatkan wawasan yang lebih kaya dan mendalam.

Integrasi Narrative Logic dalam EDMS: Menggali Kedalaman Psikologis

Pendekatan narrative logic yang diusulkan oleh Yuwanto dalam buku ini sangat penting untuk dipahami. Menurut Jerome Bruner (1991), narasi adalah alat utama yang digunakan manusia untuk memahami dunia dan diri mereka sendiri. Dalam konteks psikologi, narasi memungkinkan individu untuk merefleksikan pengalaman mereka, menghubungkan masa lalu dengan masa kini, dan membangun identitas mereka.

Yuwanto dengan bijak mengintegrasikan narrative logic ke dalam EDMS, menciptakan metode yang lebih holistik untuk memahami kondisi psikologis individu. Dia menjelaskan bahwa melalui narasi, klien dapat tidak hanya mengungkapkan perasaan mereka tetapi juga menjelaskan bagaimana perasaan tersebut terbentuk berdasarkan pengalaman masa lalu. Ini memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang dinamika psikologis mereka, memungkinkan intervensi yang lebih tepat dan terarah.

Contoh kasus yang dibahas dalam buku ini menunjukkan bagaimana pendekatan ini dapat digunakan dalam berbagai konteks, dari trauma masa kecil hingga konflik internal yang kompleks. Dengan menggabungkan diorama sebagai alat visual dengan narasi sebagai alat verbal, Yuwanto menciptakan pendekatan yang seimbang antara seni dan sains dalam praktik psikologi.

Inovasi Lainnya: Standarisasi Interpretasi dan Aplikasi Teori

Selain mengembangkan pendekatan yang inovatif, Yuwanto juga membahas pentingnya standarisasi dalam interpretasi interaksi individu dengan diorama. Dia mengacu pada teori-teori psikologis seperti Teori Kebutuhan Abraham Maslow (1943) dan Henry Murray (1938), serta prinsip-prinsip Thematic Apperception Test (Murray, 1943). Dengan menggunakan teori-teori ini sebagai dasar, Yuwanto menciptakan kerangka kerja yang terstandarisasi untuk menilai respons individu terhadap diorama.

Standarisasi ini sangat penting dalam praktik psikologi karena memungkinkan konsistensi dalam penilaian dan intervensi. Dengan memiliki kerangka kerja yang jelas, psikolog dapat lebih mudah mengidentifikasi pola perilaku dan dinamika psikologis yang muncul selama interaksi dengan diorama. Ini juga memungkinkan validasi dan replikasi dalam penelitian, menjadikan diorama sebagai alat yang dapat diandalkan dalam asesmen psikologis.

Visual Inspection Analysis: Metode Inovatif dalam Asesmen Pasca Bencana

Salah satu bab yang paling menarik dalam buku ini adalah pembahasan tentang Visual Inspection Analysis. Metode ini diadaptasi dari prinsip Single Case Experiment yang diperkenalkan oleh Kazdin (1982). Yuwanto menjelaskan bahwa Visual Inspection Analysis memungkinkan asesmen yang lebih mendalam dan komprehensif, mencakup area risiko/krisis, diagnosis, dan prognosis.

Dalam konteks pasca bencana, Visual Inspection Analysis dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi psikologis penyintas bencana dengan cara yang lebih tepat sasaran. Yuwanto memberikan contoh konkret bagaimana metode ini dapat diterapkan dalam situasi nyata, menunjukkan keefektifan diorama dalam mengungkap dinamika psikologis yang mungkin tidak terlihat melalui metode asesmen lainnya.

Metode ini tidak hanya inovatif tetapi juga sangat relevan dalam situasi di mana data kuantitatif sulit diperoleh atau kurang mencerminkan kondisi psikologis yang sebenarnya. Dengan menggunakan diorama dan Visual Inspection Analysis, psikolog dapat memperoleh gambaran yang lebih holistik tentang kondisi klien mereka, memungkinkan mereka untuk merancang intervensi yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan individu.

Relevansi dan Aplikasi dalam Praktik Psikologi Modern

Salah satu kekuatan terbesar dari Apersepsi Diorama adalah relevansinya dalam praktik psikologi modern. Dalam dunia yang semakin kompleks, di mana masalah psikologis menjadi semakin beragam dan dinamis, buku ini menawarkan alat yang kuat untuk membantu psikolog memahami dan menangani kondisi psikologis yang rumit.

Dengan menggabungkan pendekatan visual dan naratif, Yuwanto menciptakan metode yang tidak hanya inovatif tetapi juga sangat aplikatif. Buku ini tidak hanya relevan bagi para profesional psikologi tetapi juga bagi peneliti, akademisi, dan praktisi lainnya yang tertarik untuk mengeksplorasi cara-cara baru dalam memahami dan menangani kondisi psikologis.

Selain itu, Yuwanto juga menunjukkan bagaimana metode ini dapat diterapkan dalam berbagai aspek, dari terapi individual hingga intervensi komunitas. Dengan demikian, Apersepsi Diorama tidak hanya menjadi panduan bagi mereka yang bekerja di bidang psikologi tetapi juga menjadi inspirasi bagi mereka yang ingin menggali lebih dalam tentang potensi diorama sebagai alat untuk memahami manusia.

Kesimpulan

Apersepsi Diorama adalah sebuah karya yang tidak hanya menggabungkan seni dan sains dalam praktik psikologi tetapi juga membuka pintu bagi eksplorasi yang lebih mendalam tentang bagaimana kita memahami diri kita sendiri dan orang lain. Melalui pendekatan yang inovatif dan aplikatif, Yuwanto telah menciptakan sebuah buku yang tidak hanya relevan tetapi juga sangat menginspirasi.

Bagi para profesional di bidang psikologi, buku ini menawarkan panduan yang kaya akan teori dan praktik, memberikan alat baru yang kuat untuk mengeksplorasi kondisi psikologis individu. Bagi peneliti dan akademisi, buku ini menawarkan wawasan yang mendalam tentang potensi diorama sebagai alat dalam penelitian dan asesmen psikologis.

Bagi yang tertarik untuk menggali lebih jauh dan menjadikan buku ini sebagai panduan dalam praktik profesional, Anda dapat menghubungi redaksi DewantaraNews.com. Sebagaimana diorama yang mampu mengungkap cerita tersembunyi di balik objek-objek kecil, buku ini mengingatkan kita bahwa pemahaman yang mendalam sering kali muncul dari refleksi yang penuh kesabaran dan ketenangan—Apersepsi Diorama adalah sebuah karya yang mengajak kita untuk memahami lebih dalam, menggali lebih jauh, dan merenungkan dengan penuh kesadaran. "Dalam setiap detail terdapat kisah, dan dalam setiap kisah terdapat kebenaran yang menunggu untuk diungkap."
© Copyright 2022 - Kalsel Today